.

Minggu, 16 Oktober 2011

Ramalan Ronggowarsito

Posted by dusun klanting dawar bldg mjkrto on 15.13

 Pada hari Senin Legi tanggal 10 Zulkaidah tahun Jawa 1728 atau tanggal 15 Maret 1802 

Masehi kurang lebih jam 12.00 siang lahirlah seorang bayi dirumah kakek yang bernama 

R. Ng. Yosodipur   I, seorang Pujangga Keraton yang terkenal dijamannya. Bayi yang baru 

lahir itu diberi nama Bagus Burham. Sejak umur 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burham 

ikut   kakeknya.Ayahnya   bernama   R.   Tumenggung   Sastronegor          yang   mengharapkan 

anaknya dikelak kemudian hari menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negaranya. 

Maka oleh sang ayah, Bagus Burham dikirim ketempat pendidikan yang memungkinkan 

dapat mendidik anaknya  lebih baik dari dirinya sendiri.Waktu itu pondok  Pesantren di 

kawasan  Ponorog       yang   dipimpin    leh  Kyai  Imam  Besari  terkanal  sampai  dipusat 

Kerajaan Surakarta. Kesanalah Bagus Burham dikirim untuk mendapatkan tambahan ilmu 

lahir  batin  serta  keagamaan.  Pond  k  Tegalsari  yang   dipimpin  Kyai  Imam  Besari  ini 

mempunyai murid yang banyak dan memiliki kepandaian yang pilih tanding.

Bagus  Burham  berangkat  ke  Pesantren Tegalsari  disertai  embannya yang  bernama  Ki 

Tanujoyo. Ditempat yang baru itu Bagus Burham sangat malas. Ditambah lagi lebih suka

menjalankan maksiat dari pada mengaji. Berjudi adalah merupakan  pekerjaannya setiap 

hari. Juga  pekerjaan  maksiat yang  lainnya. Adu ayam termasuk  kesukaan yang tidak 

perbah  diluangkan.  Dari  pada  mengaji  hari-harinya  dihabiskan  dimeja-meja judi  dari 

satu desa ke desa lainnya. Sehingga terkenallah Bagus Burham bukan sebagai santri yang 

soleh tetapi sebagai penjudi ulung dikalangan orang-orang di daerah Ponorogo. Dasar

seorang  anak Tumenggung,  uang  banyak  dan  biasanya  dimanja            leh  orang  tua  atau 

kakeknya.  Karena  kegemarannya  bermain  judi,  adu  ayam  dan  perbuatan-perbuatan 

maksiat yang lain Bagus Burham banyak berkenalan dengan warok-warok Ponorog   yang 

satu  kegemaran.  Perbuatan  putra Tumenggung ini sangat  merepotkan  hari  Kyai  Imam 

Besari.


Diharapkan seorang  putra  priyayi  keraton ini akan  memberi suri  teladan  bagi  murid-

murid  (santri-santri)   yang   lein  tetapi   ternyata   sebaliknya.Seringkali  Bagus   Burham 

mendapat teguran dan marah dari Kyai Besari. Namun hal itu tidak merubah sifatnya. 

Dia tetap  penjudi, tetap  penyabung ayam, tetap gemar  pada tindakan-tindakan yangmenjurus   ke  maksiat.   Karena  merasa  bosan  setiap  hari  mendapat  dampratan  dari 

gurunya

maka Bagus Burham perni meninggalkan p  ndok Tegalsari diikuti   leh Ki Tanujoyo.

(Versi lain mengatakan bahwa kepergian Bagus Burham karena KyaiImam Besari

merasa jengkel akan ulah Bagus Burham. Kemudian pimpinan pondok Tegalsari

itu memanggil abdi kinasih Ki Tanujoyo dan menseyogyakan Bagus Burham

tidak usah belajar mengaji di pondok Tegalsari).

Meninggalkan p  ndok Tegalsari Bagus Burham tidak mau pulang ke Solo.

Dengan diiring   leh   leh abdinya yang bernama Ki Tanuj  yo. Bagus Burham

bertualang sampai di Madiun. Ditempat itu uang sakunya habis. Ki Tanujoy

kemudian berdagang barang l  akan. Sedangkan Bagus Burham tetap pada

kegemarannya semula. Betapa bingungnya Raden Tumenggung Sastronegor

tatkala mendapat laporan Kyai Imam Besari bahwa puteranya pergi dari

Tegalsari. Kemudian dipanggillah di Joson   agar mencari Bagus Burham

sampai ketemu. Bila ketemu agar diajal kembali ke Tegalsari. Kyai Imam

Besari kembali dari Keraton Sol   mendapat laporan dari penduduk Tegalsari

bahwa sekarang daerah Tegalsari tidak aman. Banyak pencuri serta tanaman

diserang hama. Kyai Imam Besari memohon petunjuak dari Tuhan. Mendapatkan

ilham bahwa keadaan daerahnya akan kembali aman damai apabila Bagus Burham

kembali ke Tegalsari lagi. Oleh karena itu Kyai Imam Besari segera

mengutus ki Krom  leyo agar supaya berangkat mencari kemana gerangan

perginya Bagus Burham. Bagi Ki Kromoley   bukan pekerjaan yang sulit

mencari Bagus Burham. Sebab dia tahu kehidupun macam apa yang digemari

Bagus Burham. Tempat judi, tempat adu ayam. Itulah sasaran Ki Kromoleyo.

Pada penjudi dan pengadu ayam ditanyakan apakah kenal dengan pemuda yang

bernama Bagus Burham. Orangnya tampan. Jejak Bagus Burham akhirnya terbau

juga. Ki Kromoley   dapat menemukan Bagus Burham dan mengajak kembali ke

Tegalsari. Namun Bagus Burham tidak mau. Karena bujukan Ki Josono utusan

orang tuanya yang kebetulan juga sudah menemukan tempat Bagus Burham maka

kembalilah Bagus Burham ke Tegalsari.

Kyai Imam Besari menghadapi Bagus Burham dengan cari lain. Sebab ternyata

sekembalinya dari petualangannya Bagus Burham bukan semakin rajin mengaji

tetapi semakin boglok dan bodoh. Tampaknya. Menghadapi murid yang demikian

Kyai yang sudah berpengalaman itu lalu mengambil jalan lain. Bagus Burham tidak langsung tidak langsung diajar mengaji seperti santri-santri yang

lain. Dia bukan keturunang orang biasa tetapi masuk memiliki darah

satriya. Maka tidak mengherankan kalau dia juga memiliki/mewarisi

sifat-sifat leluhurnya. Gemar sekali kepada hal-hal yang memperlihatkan

kejantanan seperti adu ayam dan lain sebagainya.

Menurut serat "CANDRA KANTHA" buatan Raden Ngabehi Tjondropradoto antara

lain menyebutkan bahwa : Raden Patah berputera R. Tejo ( Pangeran

Pamekas). Pangeran Pamekas berputra Panembahan Tej  wulan di Jogorogo.

Panembahan Tejowulan berputra Tumenggung Sujonoputro seorang pujangga

keraton Pajang. Kemudian Raden Tumenggung Sujonoputro berputra Tumenggung

Tirt  wiguno. Sedangkan Tumenggung Tirtowigun   ini mempunyai putra R. Ng.

Yosodipuro I pujangga keraton Surakarta. Kemudian sang pujangga berputra

R. Ng. Yosodipuro II (Raden Tumenggung Sastronegoro) ayah dari Bagus

Burham. (Dari sumber lain menyebutkan bahwa R. Tumenggung Sastronegor

bukan ayah Bagus Burham tetapi kakeknya. Ayahnya bernama Mas Ngebehi

Ronggowarsito Panewu Carik Kadipaten Anom). Dari silsilah tersebut

diketahui bahwa Bagus Burham masih ada keturunan darah raja. Darah

bangsawan yang biasanya sangat suka adu jag   tetapi gemar melakukan tapa

brata. Kesinilah Imam Kyai Besari mengarahkan. Disamping diberi pelajaran

mengaji seperti murid yang lain maka Bagus Burham juga disuruh melakukan

"tapa kungkum". Dari sini terbukalah hati Bagus Burham. Dikeheningan

malam, dengen gemriciknya suara air, diatasnya bintang-bintang

berkelap-kelip seolah-oleh menyadarkan Bagus Burham yang usianya juga

sudah semakin dewasa itu.

Setelah menjalani tapa kungkum selama 40 hari lamanya maka Bagus Burham

tumbuh menjadi anak yang pandai. Kyai Imam Besari tersenyum lega melihat

perkembangan anak asuhnya yang paling bengal itu. Terapinya kena sekali.

Padahal terapi itu hanya berdasarkan d  ngenn yang pernah didengarnya.

Bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang bengal, nakal, penjudi, pemalas,

perampok yang bernama Ken Arok. Namun karena ketekunan seorang pendidik

yang bernama Loh Gawe maka akhirnya Ken Arok enjadi raja di Singosari.

Menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Dari Mojopahit sampai ke

Surakarta semua menurut silsilah masih keturunan langsung dari Ken Arok.

Dan R. Patah pun keturunan Ken Arok. Jadi Bagus Burham juga keturunan Ken Arok. Siapa tahu kenakalannya juga turunan yang dikelak kemudian hari akan

menjadi orang yang luar biasa. Bagus Burham menjadi murid yang terpandai.

Selama 4 tahun dipondok Tegalsari ilmu gurunya sudah terkuran habis. Tidak

ada sisanya lagi. Kyai Imam Besari memuji keluhuran Tuhannya. Dia

melimpahkan habis ilmunya kepada muridnya. Setelah dirasa cukup maka Bagus

Burham kembali ke Surakarta. Oleh tuanya Bagus Burham disuruh langsung ke

Demak untuk belajar mengenal sastra Arab dan kebatinan jawa pada Pangeran

Kadilangu.

Apakah ayahnya punya maksud agar kelak anaknya dapat menandingi kepandaian

rajanya ?

Bagus Burham seorang kutu buku yang luar biasa. Dengan bekal kepandaian

yang dimiliki dari beberapa guru-gurunya, Bagus Burham kemudian menekuni

soal kesusastraan Jawa serta peninggalan-peninggalan nenek moyang.

Buku-buku berbahasa kawi kuna ditelaah dan dipelajarai sebaik-baiknya.

Jiwa petualang masih juga membara dalam kalbunya. Dia seringkali

mengadakan perjalanan dari satu daerah kedaerah yang lain. Bagus Burham

meninjau tempat-tempat yang bersejarah, tempat-tempat yang mengandung

nilai-nilai historis, tempat-tempat yang keramat, ke candi-candi dan

tempat-tempat penting lainnya. Disembarang tempat dipelbagai daerah kalau

dianggap ada orang yang memiliki kepandaian lebih maka tidak malu-malu

Bagus Burham berguru para orang tersebut. Tidak peduli dia hanyalah

seorang juru kunci atau orang biasa. Pada usia 18 tahun sebagaimana

kebiasaan anak priyayi waktu itu ingin mengabdikan dirinya kepada keraton.

Caranya haruslah dengan magang (pegawai percobaan) pada Kadipaten Anom.

Jiwa senimannya atau darah kepujanggaannya terasa mengalir deras

ditubuhnya. TIdak merasa puas dengan pekerjaan magang tersebut. Maka Bagus

Burham m  hon pamit sebab dirasa tidak ada kemajuan. Dia ingin mengembara

ingin bertualan menuruti gejolak darah senimannya. Hampir seluruh pelosok

pulau Jawa telah dijelajahi oleh Bagus Burham. Bahkan juga luar jawa

sepeti Bali, Lombok, Ujung Pandang, Banjarmasin bahkan ada sumber yang

mengatakan pengembaraan Bagus Burham sampai di India dan Srilanka. Melihat

perjalanan hidupnya seperti tersebut diatas pantaslah kalau Bagus Burham

menjadi manusia yang kritis menghadapi suatu persoalan. (Ungkapan

perasaannya tampak ada karyanya " Serat Kala Tida ". Pulang dari pengembarannya Bagus Burham kawin. Karena sang mertua diangkat

menjadi Bupati di Kediri maka Bagus Burhampun mengikuti ke Kediri.

Ditempat tersebut yang terkenal sebagai tempat bersejarah banyak

peninggalan-peninggalan dari jaman terdahulu. Di Kediri pernah berdiri

kerajaan besar dimana salah satu rajanya adalah Sang Prabu Joyoboyo. Waktu

sang prabu berkuasa agaknya keadaan negara sangat tenteram dan damai

terbukti lahirnya beberapa karya sastra besar. Sang Prabu memerintahkan

kepada Empu Sedah dan Empu Panuluh agar menceritakan kembali atau menyusun

ceritera BARATAYUDAHA dalam bahasa yang lebih muda diambil dari buku Maha

Barata asli dari India. Demikian indahnya gubahan tersebut sehingga banyak

yang mengira bahwa kejadian itu terjadi di tanah Jawa. Sebelum raja

J  yoboyo, di Kediri juga lahir hasil sastra yang tinggi mutunya. Smara

Dahana kitab karya Empu Darmaja, juga buku Sumana Sentaka karya Triguna

merupakan hasil sastra yang sulit dicari bandingannya. Di daerah yang

seperti itu tentu saja banyak peninggalan-peninggalan berupan

rontal-rontal yang dimiliki penduduk warisan dari nenek moyang. Dengan

tekun Bagus Burham di Kediri waktunya dihabiskan untuk mempelajari

rontal-rontal yang dapat dikumpulkan dari perbagai daerah. Dari

rontal-rontal, pengalaman/pengetahuan selama mengembara dan berguru itulah

dia dapat menimba pelbagai ilmu.

Baru setelah Bagus Burham berumur 38 tahun mulai produktif dengan karya

sastranya. Dan pada tahun 1844 pihak keraton mengangkat menjadi Kliwon

Carik dan disyahkan menjadi Pujangga Keraton. Namanya Raden Ngabehi

Ronggowarsito dan semakin tenar. Kariernya tidak licin sebab agaknya juga

dipengaruhi bahwa orang tuanya (Raden Tumenggung Sastronegoro) dianggap

bersalah kepada kompeni Belanda sebab pernah merencanakan akan menggempur

benteng Kompeni diwaku jaman pemberontakan Diponegor   (1825-1830).

Akhirnya R.T. Sastronegor   dibuang dan makamnya ada di Jakarta.

SERAT JOKO LODANG

Gambuh

1. Jaka Lodang gumandhul

Praptaning ngethengkrang sru muwus

Eling-eling pasthi karsaning Hyang Widhi Gunung mendhak jurang mbrenjul

Ingusir praja prang kasor

Jok   Lodang datang berayun-ayun diantara dahan-dahan p  hon

kemudian duduk tanpa kesopanan dan berkata dengan keras.

Ingat-ingatlah sudah menjadi kehendak Tuhan

bahwa gunung-gunung yang tinggi itu akan merendah

sedangkan jurang yang curam akan tampil kepermukaan

(akan terjadi wolak waliking jaman), karena kalah perang maka akan diusir

dari negerinya.

2.Nanging awya kliru

Sumurupa kanda kang tinamtu

Nadyan mendak mendaking gunung wis pasti

Maksih katon tabetipun

Beda lawan jurang gesong

Namun jangan salah terima menguraikan kata-kata ini.

Sebab bagaimanapun juga meskipun merendah kalau gunung

akan tetap masih terlihat bekasnya.

Lain sekali dengan jurang yang curam.

3. Nadyan bisa mbarenjul

Tanpa tawing enggal jugrugipun

Kalakone karsaning Hyang wus pinasti

Yen ngidak sangkalanipun

Sirna tata estining wong

Jurang yang curam itu meskipun dapat melembung,

namun kalau tidak ada tanggulnya sangat rawan dan mudah longsor.

(Ket. Karena ini hasil sastra maka tentu saja multi dimensi.

Yang dimaksud dengan jurang dan gunung bukanlah pisik

tetapi hanyalah sebagai yang dilambangkan).

Semuanya yang dituturkan diatas sudah menjadi kehendak Tuhan

akan terjadi pada tahun Jawa 1850. (Sirna=0, Tata=5, Esthi=8 dan Wong=1).

Tahun Masehi kurang lebih 1919-1920.

Sinom

1. Sasedyane tanpa dadya

Sacipta-cipta tan polih

Kang reraton-raton rantas

Mrih luhur asor pinanggih

Bebendu gung nekani

Kongas ing kanistanipun

Wong agung nis gungira

Sudireng wirang jrih lalis

Ingkang cilik tan tolih ring cilikira

Waktu itu seluruh kehendaki tidak ada yang terwujud,

apa yang dicita-citakan buyar, apa yang dirancang berantakan,

segalanya salah perhitungan, ingin menang malah kalah,

karena datangnya hukuman (kutukan) yang berat dari Tuhan.

Yang tampak hanyalah perbuatan-perbuatan tercela.

Orang besar kehilangan kebesarannya, lebih baik tercemar nama daripada

mati,

sedangkan yang kecil tidak mau mengerti akan keadaannya.

2. Wong alim-alim pulasan

Njaba putih njero kuning

Ngulama mangsah maksiat

Madat madon minum main

Kaji-kaji ambataning

Dulban kethu putih mamprung

Wadon nir wadorina

Prabaweng salaka rukmi

Kabeh-kabeh mung maron   tingalira

Banyak orang yang tampaknya alim, tetapi hanyalah semu belaka. Diluar tampak baik tetapi didalamnya tidak.

Banyak ulama berbuat maksiat.

Mengerjakan madat, madon minum dan berjudi.

Para haji melemparkan ikat kepala hajinya.

Orang wanita kehilangan kewanitaannya karena terkena pengaruh harta benda.

Semua saja waktu itu hanya harta bendalah yang menjadi tujuan.

3. Para sudagar ingargya

Jroning jaman keneng sarik

Marmane saisiningrat

Sangsarane saya mencit

Nir sad estining urip

Iku ta sengkalanipun

Pantoging nandang sudra

Yen wus tobat tanpa mosik

Sru nalangsa narima ngandel ing suksma

Hanya harta bendalah yang dihormati pada jaman tersebut.

Oleh karena itu seluruh isi dunia penderitaan kesengsaraannya makin

menjadi-jadi.

Tahun Jawa menunjuk tahun 1860 (Nir=0, Sad=6, Esthining=8, Urip=1).

Tahun Masehi kurang lebih tahun 1930.

Penghabisan penderitaan bila semua sudah mulai bertobat dan menyerahkan

diri

kepada kekuasaan Tuhan seru sekalian alam.

Megatruh

1. Mbok Parawan sangga wang duhkiteng kalbu

Jaka Lodang nabda malih

Nanging ana marmanipun

Ing waca kang wus pinesthi

Estinen murih kelakon

Mendengar segalanya itu Mbok Perawan merasa sedih. Kemudian Jok   Lodang berkata lagi :

"Tetapi ketahuilah bahwa ada hukum sebab musabab,

didalam ramalan yang sudah ditentukan haruslah diusahakan supaya

segera dan dapat terjadi ".

2. Sangkalane maksih nunggal jamanipun

Neng sajroning madya akir

Wiku Sapta ngesthi Ratu

Adil parimarmeng dasih

Ing k  n   kersaning Manon

Jamannya masih sama pada akhir pertengahan jaman.

Tahun Jawa 1877 (Wiku=7, Sapta=7, Ngesthi=8, Ratu=1).

Bertepatan dengan tahun Masehi 1945.

Akan ada keadilan antara sesama manusia. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan.

3. Tinemune wong ngantuk anemu kethuk

Malenuk samargi-margi

Marmane bungah kang nemu

Marga jroning kethuk isi

Kencana sesotya abyor

Diwaktu itulah seolah-olah orang yang mengantuk mendapat kethuk (gong

kecil)

yang berada banyak dijalan.

Yang mendapat gembira hatinya sebab didalam benda tersebut

isinya tidak lain emas dan kencana.

SERAT SABDO JATI

Megatruh

1. Hawya pegat ngudiya RONGing budyayu

MarGAne suka basuki Dimen luWAR kang kinayun

Kalising panggawe SIsip

Ingkang TAberi prihatos

Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan,

agar mendapat kegembiraan serta keselamatan serta tercapai segala

cita-cita,

terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar

prihatin.

2. Ulatna kang nganti bisane kepangguh

Galedehan kang sayekti

Talitinen awya kleru

Larasen sajroning ati

Tumanggap dimen tumanggon

Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama,

intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan didalam hati,

agar mudah menanggapi sesuatu.

3. Pamanggone aneng pangesthi rahayu

Angayomi ing tyas wening

Eninging ati kang suwung

Nanging sejatining isi

Isine cipta sayektos

Dapatnya demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan,

mengendapkan pikiran, dalam mawas diri sehingga seolah-olah hati ini

kosong

namun sebenarnya akan menemukan cipta yang sejati.

4. Lakonana klawan sabaraning kalbu

Lamun obah niniwasi

Kasusupan setan gundhul Ambebidung nggawa kendhi

Isine rupiah kethon

Segalanya itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran.

Sebab jika bergeser (dari hidup yang penuh kebajikan)

akan menderita kehancuran. Kemasukan setan gundul,

yang menggoda membawa kendi berisi uang banyak.

5. Lamun nganti k  rup mring panggawe dudu

Dadi panggonaning iblis

Mlebu mring alam pakewuh

Ewuh mring pananing ati

Temah wuru kabesturon

Bila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan,

sudah jelas akan menjadi sarang iblis, senantiasa mendapatkan

kesulitas-kesulitan, kerepotan-kerepotan, tidak dapat berbuat dengan

itikad hati yang baik,

se  lah-olah mabuk kepayang.

6. Nora kengguh mring pamardi reh budyayu

Hayuning tyas sipat kuping

Kinepung panggawe rusuh

Lali pasihaning Gusti

Ginuntingan dening Hyang Manon

Bila sudah terlanjur demikian tidak tertarik terhadap perbuatan

yang menuju kepada kebajikan. Segala yang baik-baik lari dari dirinya,

sebab sudah diliputi perbuatan dan pikiran yang jelek.

Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-keping.

7. Parandene kabeh kang samya andulu

Ulap kalilipen wedhi

Akeh ingkang padha sujut Kinira yen Jabaranil

Kautus dening Hyang Manon

Namun demikian yang melihat, bagaikan matanya kemasukan pasir,

tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat, sehingga

yang jahat disukai dianggap utusan Tuhan.

8. Yeng kang uning marang sejatining dawuh

Kewuhan sajroning ati

Yen tiniru ora urus

Uripe kaesi-esi

Yen niruwa dadi asor

Namun bagi yang bijaksana, sebenarnya repot didalam pikiran

melihat contoh-contoh tersebut. Bila diikuti hidupnya akan

tercela akhirnya menjadi sengsara.

9. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung

Anggelar sakalir-kalir

Kalamun temen tinemu

Kabegjane anekani

Kamurahane Hyang Manon

Itu artinya tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan

langit, siapa yang berusaha dengan setekun-tekunnya akan mendapatkan

kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya.

10. Hanuhoni kabeh kang duwe panuwun

Yen temen-temen sayekti

Dewa aparing pitulung

Nora kurang sandhang bukti

Saciptanira kelakon

Segala permintaan umatNya akan selalu diberi, bila dilakukan dengan setulus hati.

Tuhan akan selalu memberi pertolongan, sandang pangan tercukupi

segala cita-cita dan kehendaknya tercapai.

11. Ki Pujangga nyambi paraweh pitutur

Saka pengunahing Widi

Ambuka warananipun

Aling-aling kang ngalingi

Angilang satemah katon

Sambil memberi petuah Ki Pujangga juga akan membuka selubung

yang termasuk rahasia Tuhan, sehingga dapat diketahui.

12. Para jalma sajroning jaman pakewuh

Sudranira andadi

Rahurune saya ndarung

Keh tyas mirong murang margi

Kasekten wus nora katon

Manusia-manusia yang hidup didalam jaman kerepotan,

cenderung meningkatnya perbuatan-perbuatan tercela,

makin menjadi-jadi, banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalan

diatas riil kebenaran, keagungan jiwa sudah tidak tampak.

13. Katuwane winawas dahat matrenyuh

Kenyaming sasmita sayekti

Sanityasa tyas malatkunt

Kongas welase kepati

Sulaking jaman prihatos

Lama kelamaan makin menimbulkan perasaan prihatin, merasakan ramalan

tersebut,

senantiasa merenung diri melihat jaman penuh keprihatinan tersebut. 14. Waluyane benjang lamun ana wiku

Memuji ngesthi sawiji

Sabuk tebu lir majenum

Galibedan tudang tuding

Anacahken sakehing wong

Jaman yang repot itu akan selesai kelak bila sudah mencapat tahun 1877

(Wiku=7, Memuji=7, Ngesthi=8, Sawiji=1. Itu bertepatan dengan tahun Masehi

1945).

Ada orang yang berikat pinggang tebu perbuatannya seperti orang gila,

hilir mudik menunjuk kian kemari, menghitung banyaknya orang.

15. Iku lagi sirap jaman Kala Bendu

Kala Suba kang gumanti

Wong cilik bisa gumuyu

Nora kurang sandhang bukti

Sedyane kabeh kelakon

Disitulah baru selesai Jaman Kala Bendu. Diganti dengan jaman Kala Suba.

Dimana diramalkan rakyat kecil bersuka ria, tidak kekurangan sandang dan

makan

seluruh kehendak dan cita-citanya tercapai.

16. Pandulune Ki Pujangga durung kemput

Mulur lir benang tinarik

Nanging kaseranging ngumur

Andungkap kasidan jati

Mulih mring jatining enggon

Sayang sekali "pengelihatan" Sang Pujangga belum sampai selesai,

bagaikan menarik benang dari ikatannya.

Namun karena umur sudah tua sudah merasa hampir

datang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini. 17.Amung kurang w  lung ari kang kadulu

Tamating pati patitis

Wus katon neng lokil makpul

Angumpul ing madya ari

Amerengi Sri Budha Pon

Yang terlihat hanya kurang 8 hai lagi, sudah sampai waktunya,

kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada hari Rabu Pon.

18. Tanggal kaping lima antarane luhur

Selaning tahun Jimakir

Taluhu marjayeng janggur

Sengara winduning pati

Netepi ngumpul sak enggon

Tanggal 5 bulan Sela

(Dulkangidah) tahun Jimakir Wuku Tolu,

Windu Sengara (atau tanggal 24 Desember 1873)

kira-kira waktu Lohor, itulah saat yang ditentukan

sang Pujangga kembali menghadap Tuhan.

19. Cinitra ri budha kaping wolulikur

Sawal ing tahun Jimakir

Candraning warsa pinetung

Sembah mekswa pejangga ji

Ki Pujangga pamit layoti

Karya ini ditulis dihari Rabu tanggal 28 Sawal tahun Jimakir 1802.

(Sembah=2, Muswa=0, Pujangga=8, Ji=1) bertepatan dengan tahun masehi

1873).

SERAT KALATIDA

Sinom1. Mangkya darajating praja

Kawuryan wus sunyaturi

Rurah pangrehing ukara

Karana tanpa palupi

Atilar silastuti

Sujana sarjana kelu

Kalulun kala tida

Tidhem tandhaning dumadi

Ardayengrat dene karoban rubeda

Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot.

Situasi (keadaan tata negara) telah rusah, karena sudah tak ada yang dapat

diikuti lagi.

Sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama.

Orang cerdik cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (jaman yang penuh

keragu-raguan).

Suasananya mencekam. Karena dunia penuh dengan kerepotan.

2. Ratune ratu utama

Patihe patih linuwih

Pra nayaka tyas raharja

Panekare becik-becik

Paranedene tan dadi

Paliyasing Kala Bendu

Mandar mangkin andadra

Rubeda angrebedi

Beda-beda ardaning wong saknegara

Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik,

Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka

masyarakat baik,

namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan.

Oleh karena daya jaman Kala Bendu.

Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi. Lain orang lain pikiran dan maksudnya.

3.Katetangi tangisira

Sira sang paramengkawi

Kawileting tyas duhkita

Katamen ing ren wirangi

Dening upaya sandi

Sumaruna angrawung

Mangimur manuhara

Met pamrih melik pakolih

Temah suka ing karsa tanpa wiweka

Waktu itulah perasaan sang Pujangga menangis, penuh kesedihan,

mendapatkan hinaan dan malu, akibat dari perbuatan seseorang.

Tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur

sehingga sang Pujangga karena gembira hatinya dan tidak waspada.

4.Dasar karoban pawarta

Bebaratun ujar lamis

Pinudya dadya pangarsa

Wekasan malah kawuri

Yan pinikir sayekti

Mundhak apa aneng ngayun

Andhedher kaluputan

Siniraman banyu lali

Lamun tuwuh dadi kekembanging beka

Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tiada menentu.

Akan ditempatkan sebagai pemuka tetapi akhirnya sama sekali tidak benar,

bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali.

Sebenarnya kalah direnungkan, apa sih gunanya menjadi pemuka/pemimpin ?

Hanya akan membuat kesalahan-kesalahan saja.

Lebih-lebih bila ketambahan lupa diri, hasilnya tidak lain hanyalah

kerepotan.


                                                                                         15


                                                                                         14


                                                                                            13



                                                                                           11


                                                                                               10


                                                                                               9


                                                                                                  

                                                                                               

                                                                                        

                                                                                          

                                                                                              

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site

 
  • Comments